HAKIKAT, PENGERTIAN PSIKOLINGUISTIK

PENGERTIAN PSIKOLINGUISTIK Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche dan logos. Kata psyche berarti “jiwa, roh, atau sukma”, sedangkan kata logos berarti “ilmu”.

Jadi, psikologi, secara harfiah berarti “ilmu jiwa”, atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa.

1. Apa kajian dari Psikolinguistik?

Psikologi lebih membahas atau mengkaji sisi-sisi manusia dari segi yang diamati. Mengapa?

Karena jiwa itu bersifat abstrak, sehingga tidak dapat diamati secara empiris, padahal objek kajian setiap ilmu harus dapat diobservasi secara indrawi.

Dalam hal ini “jiwa” atau “keadaan jiwa” hanya bisa diamati melalui gejala-gejalanya seperti orang yang sedih akan berlaku murung, dan orang yang gembira tampak dari gerak-geriknya yang riang atau dari wajahnya yang berbinar-binar.

Meskipun demikian, kita sering juga mendapat kesulitan untuk mengetahui keadaan jiwa seseorang dengan hanya melihat tingkah lakunya saja. Tidak jarang kita jumpai seseorang yang sebenarnya sedih tetapi tetap tersenyum. Atau seseorang yang sebenarnya jengkel atau marah tetapi tetap tenang atau malah tertawa.

2. Apa yang dimaksud dengan Psikolinguistik Mentalistik?

Psikologi yang mentalistik melahirkan aliran yabg disebut psikologi kesadaran. Tujuan utama psikologi kesadaran adalah mencoba mengkaji proses-proses akal manusia dengan cara mengintropeksi atau mengkaji diri. Oleh karena itu, psikologi kesadaran lazim juga disebut psikologi introspeksionisme.

Psikologi ini merupakan suatu proses akal dengan cara melihat kedalam diri sendiri setelah suatu rangsangan terjadi. Perbedaannya dengan psikologi kesadaran (yang bersandar pada mentalisme tradisional) adalah bahwa menurut paham mentalisme proses-proses akal itu dapat terjadi karena adanya kekuatan dari dalam, tanpa adanya rangsangan terlebih dahulu. Perilaku yang muncul sebagai hasil proses akal seperti ini disebut perilaku atau tindakan bertujuan sebagai hasil kreativitas organisme manusia sendiri.

3. Mengapa psikollinguistik sangat berkaitan dengan kehidupan manusia?

Psikologi sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dalam segala kegiatannya yang sangat luas. Oleh karena itu, muncullah berbagai cabang psikologi yang diberi nama sesuai dengan penerapannya.

Diantara cabang-cabang itu adalah psikologi sosial, psikologi perkembangan, psikologi klinik, psikologi komunikasi, dan psikologi bahasa.

Dalam kaitannya dengan psikologi, linguistik laziim diartikan sebagai ilmu yang mencoba mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh, bagaimana bahasa itu bekerja, dan  bagaimana bahasa itu berkembang.

Dalam konsep ini tampak bahwa yang namanya psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari linguistik, sedangkan linguistik itu sendiri dianggap sebagai cabang dari psikologi.

4. Apa arti dari Psikolinguistik?

Secara umum linguistik lazim diartika  sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Pakar linguistik disebut linguis. Namun perlu dicatat kata linguis dalam bahasa inggris juga berarti “orang yang mahir menggunakan beberapa bahasa” , selain bermakana “pakar linguistik”.

5. Apa yang dimaksud dengan Pakar Linguistik?

Seseorang linguis mempelajari bahasa bukan dengan tujuan utama untuk mehir menggunakan bahasa itu, melainkan untuk mengetahui secara mendalam mengenai kaidah-kaidah struktur bahasa, beserta dengan berbagai aspek dan segi yang menyangkut bahasa itu. Andaikata si linguis ingin memahirkan penggunaan bahasa itu tentu tidak ada salahnya. Bahkan akan menjadi lebih baik.

Sebaliknya seseorang yang mahir dan lancar dalam menggunakan beberapa bahasa, belum tentu  dia seseorang linguis kalau dia tidak mendalami teori tentang bahasa. Orang seperti ini lebih tepat disebut seorang paliglot “berbahasa banyak”, sebagai dikotomi dari monoglot “berbahasa satu”.

Kalau dikatakan bahwa linguistik itu adalah ilmu yang objek kajiannya adalah bahasa, sedangkan bahasa itu sendiri merupakan fenomena yang hadir dalam segala aktivitas kehidupan manusia, maka linguistik itupun menjadi sangat luas bidang kajiannya.

Oleh karena itu, kita bisa lihat adanya berbagai cabang linguistik yang dibuat berdasarkan berbagai kriteria atau pandangan. Secara umum umum pembidangan linguistik itu adalah sebagai brrikut.

7. Ragam kajian Linguistik.

Pertama, dalam kajiannya linguistik dibagi dua cabang besar, yaitu linguistik mikro dan linguistik makro. Objek kajian linguistik mikro adalah struktur internal bahasa itu sendiri, mencakup struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.

Sedangkan objek kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor diluar bahasa itu seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi, dan neurologi. Berkaitan dengan faktor-faktor diluar bahasa itu muncullah bidang-bidang seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, neurolinguistik, dan etnolinguistik. Disini linguistik dipandang sebagai disiplin utama, sedangkan ilmu-ilmu lain sebagai disiplin bawahan.

Kedua, menurut kajiannya linguistik dapat dibedakan atas dua bidang besar yaitu linguistik teoritis dan linguistik terapan. Kajian teroritis hanya ditujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori linguistik belaka.

Hanya untuk membuat kaidah-kaidah linguistik secara deskriptif. Sedangkan kajian terapan ditujukan untuk menerapkan kaidah-kaidah linguistik dalam kegiatan praktis, seperti dalam pengajaran  bahasa, penerjemahan, penyusun kamus, dan sebagainya.

Ketiga, adanya yang disebut linguistik sejarah dan sejarah linguistik. Yang pertama linguistik sejarah, mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa atau sejumlah bahasa, baik dengan diperbandingkan maupun tidak. Yang kedua sejarah linguistik, mengkaji perkembangan ilmu linguistik, baik mngenai tokoh-tokohnya, aliran-aliran teorinya, maupun hasil kerjanya.

Secara etimologi sudah disinggung bahwa kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berbeda sendiri, dengan prosedur dan metode yang berlainan.

Hasil kajian kedua disiplin ini pun banyak yang sama, meskipun tidak sedikit yang berlainan. Oleh karena itulah, telah lama dirasakan perlu adanya kerja sama diantara kedua disiplin ini untuk mengkaji bahasa dan hakikat bahasa.

Dengan kerja sama kedua disiplin itu diharapkan akan djperoleh hasil kajian yang lebih baik dan lebih bermanfaat.

8. Sejarah Psikolinguistik.

Pada awalnya kerja sama antara keduanya disiplin itu disebut linguistic psychology dan ada juga yang menyebutnya psychology language. Kemudian hasil kerja sama yang lebih baik, lebih terarah, dan lebih sistematis di antara kedua ilmu itu, lahirlah satu disiplin ilmu baru yang disebut psikolinguistik, sebagai ilmu antar disiplin antar disiplin  antara psikologi dan linguistik.

Istilah psikolinguistik itu sendiri baru lahir tahun 1954, yakni tahun terbitnya buku psicholinguistics : A survey of Theory and Research Problems yang disunting oleh charles E. Osgood dan Thomas A. Sebeeok, di Bloomington, Amerika serikat.

Kerja sama antara psikologi dan linguistik setelah beberapa lama berlangsung tampaknya belum cukup untuk dapat menerangkan hakikat bahasa seperti tercermin dalam definisi diatas. Bantuan dari ilmu-ilmu lain sangat diperlukan sangat diperlukan, seperti neurofisiologi, neoropsikologis, neuropsikolinguistik, bukan berarti hanya kedua bidang ilmu itu saja yang diterapkan, tetapi juga hasil penelitian dari ilmu-ilmu lain pun dimanfaatkan.

Psikolinguistik menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia.

Maka secara teoritis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari suatu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.

Dengan kata lain psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada wktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.

Dalam prakteknya psikolinguistik menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah-masalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa, pelajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur seperti afasia, gagap, dan sebagainya. Serta masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.

Dari penjelasan diatas bisa dilihat bahwa disiplin psikokinguistik telah menjadi bidang ilmu yang sangat luas dan kompleks. Psikolinguisti telah berkembang pesat sehingga melahirkan beberapa subdisiplin psikolinguistik diantaranya : psikolinguistik teoritis, perkembangan, sosial, pendidikan, neurologi, eksperimen, terapan.

Karena nama psikolinguistik merupakan gabungan dari psikologi dan linguistik, maka muncul pertanyaan, apa induk disiplin psikolinguistik itu, linguistik atau psikologi. Psikolinguistik berinduk pada psikologi karena istilah itu merupakan nama baru dari psikologi bahasa yang telah dikenal beberapa waktu sebelumnya. Namun psikolinguistik dianggap sebagai cabang linguistik meskipun psikolinguistik ditempatkan sebagai  cabang psikologi.

Psikolinguistik dikembangkan dibidang linguistik pada fakultas pendidikan bahasa, dan belum pada program nonkependidikan bahasa. Psikolinguistik yang dikembangkan dalam pendidikan bahasa sudah seharusnya diserasikan dengan perkembangan linguistik dan perkembangan psikologi.

Untuk itu diharuskan adanya penguasaan yang seimbang akan teori-teori psikologi. Lalu, yang patut dikembangkan dalam pendidikan bahasa adalah subdisiplin psikolinguistik perkembangan dan psikolinguistik pendidikan.

9.  Psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar yaitu:

Apakah sebenarnya bahasa itu? Apakah yang “dimiliki” oleh siswa seseorang sehingga dia mampu berbahasa?
Bagaimana bahasa itu lahir dan mengapa dia harus lahir?
Bagaimana bahasa pertama diperoleh seorang kanak-kanak?
Bagaimana seseoarang bisa menguasai dua, tiga atau banyak bahasa?
Bagaimana proses penyusunan kalimat?
Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati?
Bagaimana proses terjadinya sebuah dialek?
Bagaimana hubungan bahasa dengan pemikiran?
Bagaimana bahasa itu harus di ajarkan supaya hasilnya baik?

Jadi psikolinguistik membantu menyelesaikan permasalahan kompleks manusia dalam pembelajaran berbahasa, karena selain berkenaan dengan masalah berbahasa, juga berkenaan dengan kegiatan berbahasa.

Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan mental (otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin antara psikologi dan linguistik.

Awalnya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi, dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung dalam linguistik. Dilanjutkan dengan adanya kerja sama antara pakar linguistik dan pakar psikologi, dan kemudian muncullah pakar-pakar psikolinguistik sebagai disiplin ilmu.

Psikolinguistik berperan penting karena mencoba menerapkan pengetahuan psikologi dan llinguistik pada masalah-masalah seperti pada pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya, serta masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.

Psikollinguistik Pendidikan ini mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di sekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran kemahiran berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam proses memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan.

Tugas guru membimbing dan mengukuhkan aktivitas yang bermakna. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya, peserta didik merupakan individu yang berpotensi dan dapat mengembangakan potensi yang dimilikinya.

Guru mengukur keterampilan peserta didik dalam rentangan program instruksional sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Alat yang digunakan untuk menilai misalnya tes, dalam hal ini psikolinguistik berperan dalam penilaian. Contohnya : Dalam penilaian harus memperhatiakan ; 1) peserta didik 2) bahan yang diujikan 3) kapan penilaian akan dilakasanakan .

Hal yang berhubungan dengan peserta didik misalnya usia, latar belakang, sosial ekonomi. Hal yang berhubungan dengan bahan, misalnya tingkat kesukarannya, kapan penilaian dilaksanakan, apakah setelah mempelajari satu unit pelajaran, atau setelah keseluruhan unit dipelajari, atau apakah peserta didik dalam keadaan lelah.

Keberhasilan sebuah pembelajaran bahasa akan sangat bergantung pada komponen yang terlibat dalam pembelajaran. Komponen tersebut di antaranya adalah peserta didik sebagai subjek didik dan materi pembelajaran bahasa yang dipelajari oleh peserta didik. Karena itulah, dalam pembelajaran bahasa pemahaman tentang psikolinguistik dipandang penting.

Melalui psikologi dipelajari mengenai siswa dan melalui linguistik dipelajari mengenai materi bahasa. Melalui interdisiplin ini dapat dipahami proses yang terjadi dalam diri peserta didik ketika memahami materi bahasa.

Tujuan psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa, yaitu siswa mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar, baik dalam berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis yang diasuh oleh pendidik yang memahami betul ilmu psikolinguistik secara konprehensip.

Sehingga siswa dapat berbahasa dengan baik dan benar melalui pengetahuan dan kaidah-kaidah bahasayang diajarkan oleh gurunya. Kaidah-kaidah bahasa dipelajari dalam linguistic. Untuk dapat menggunakan bahasa secara lancar dan komunikastif siswa tidak hanya cukup mema-hami kaidah bahasa, tetapi diperlukan kesiapan kognitif (penguasaan kaidah bahasa dan materi yang akan disampaikan), afektif (tenang, yakin, percaya diri, mampu mengeliminasi rasa cemas, ragu-ragu, waswas, dan sebagain.

Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa pen-ting peranan Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa. Seperti halnya ungkapan orang tua dahulu bahwa ―Guru (pendidik) ialah orang tua di sekolah bagi siswa (peserta didik) yang tak semata-mata menyampaikan materi saja tapi juga perlu memahami kondisi jiwa tiap siswa yang diasuhnya. Sebab, dengan memahami psikologi anak, pembelajaran akan terarah ke pusat cita-cita yang diinginkan yaitu terciptanya sebuah peradaban bangsa.

Buku Rujukan :

Harley, Trevor A. 2001. The Psichology of Language From Data to Theory. New York: Psychology Press
Traxler, Matthew J. & Gernsbacher, Morton Ann. 2006. Handbook of Psycholinguistics: 2nd edition. USA: Academic Press
Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung : Angkasa
Chaer, Abdul. 2015. Psikolinguistik : Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta

sekian dan terima kasih SEMOGA BERMANFAAT, jangan lupa baca artikel lainnya di situs ini…

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *