Apa Itu Objektif: Pengertian, Contoh dan Perbedaannya

apa itu subjektif

Apa itu objektif – Halo semua sahabat setia Syahrulanam.com pada kesempatan kali ini admin akan memberikan informasi tentang subjektif Secara lengkap mulai dari pengertian subjektif, ciri-ciri dan contohnya.

Oleh karena itu yuk kita simak pembahasan materi di bawah ini dengan baik dan sesama jangan lupa siapkan cemilan dan minuman buat teman ketika anda sedang membaca materi ini.

Pengertian Subjektif

Arti Subjektif adalah sejarah yang terjadi dengan sepengetahuan manusia, atau karena perbuatan manusia itu sendiri, dimana seseorang berpikiran relatif, hasil dari menduga duga, berdasarkan perasaan atau selera orang.

Nah, Sedangkan objektif sikap yang lebih pasti, bisa diyakini keabsahannya, tapi bisa juga melibatkan perkiraan dan asumsi dengan didukung dengan fakta/data sikap objektif adalah sikap yang harus dijunjung tinggi bagi seseorang untuk berpandangan terhadap suatu masalah.

Namun, tidak ada suatu batasan yang jelas antara penilaian dengan secara subjektif dengan objektif cara yang bisa digunakan untuk menilai keobjektifan adalah dengan mencoba membandingkan buah penilaian beberapa orang.

Pengertian Subjektif KBBI

Subjektif merupakan sebuah kondisi yang mengenai atau menurut pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya.

Contoh Subjektif

Setelah kita mengetahui tentang pengertian subjektif, kita harus juga mengetahui contoh dari pada subjektif tersebut supaya kita dapat mengerti dan memahami dalam mencerna materi ini lebih dalam lagi.

Nah, lebih jelasnya berikut ini pembahasannya:

Contoh dari Subjektif, misalnya Penemuan baik itu yang terbaru atau yang sudah ada, misalnya seperti penemuan dari bola lampu, Pembangkit Listrik, Kendaraan bermotor dll

Perubahan Subjektif dan Objektif

Objektif Adalah Kondisi yang Tak Terkait, Ini Bedanya Dengan Subjektif Agar kita semakin paham apa perbedaan antara arti subjektif dan objektif, yuk kita simak lebih lanjut 3 hal berikut ini.

1. Ciri yang Membedakan
Dari pengertian objektif dan subjetif yang dijabarkan dalam KBBI sebenarnya sudah cukup jelas bahwa ciri yang membedakan antara objektif dan subjektif adalah terletak pada adanya pengaruh pribadi atau tidak. Pandangan yang objektif adalah sebuah pandangan yang menyeluruh dan didukung dengan adanya fakta serta data. Bukan sekedar katanya, atau terpengaruh dari perasaan pribadi seseorang.

Sebuah pandangan atau pendapat dikatakan objektif jika mewakili banyak orang, bukan sekedar perwakilan dari satu suara. Jika ada sepuluh orang di dalam sebuah kelompok, ada sembilan orang memiliki satu suara dan seorang lainnya memiliki suara yang berbeda. Bisa dikatakan objektif jika penilaian berdasarkan suara yang berasal dari sembilan orang tersebut.

2. Berdasarkan pada Penelitian terhadap fakta terukur Kepercayaan pribadi, pendapat, asumsi, dan interpretasi
Umumnya ditemukan pada Ensiklopedi, laporan berita, buku teks Blog, review, komentar di Internet,
editorial surat kabar, biografi

3. Cara Penilaian
Dalam menentukan apakah sebuah pikiran atau pandangan objektif atau subjektif adalah maka dibutuhkan adanya fakta dan data. Semakin banyak fakta dan data yang dikumpulkan, maka akan semakin besar nilai objektivitasnya. Namun semakin mengandalkan rasa dan selera pribadi tertentu, maka subjektivitas akan semakin besar.

Contoh Kasus Objektif dan Subjektif

Agar kita lebih memahami perbedaan antara arti subjektif dan objektif, mari kita belajar dari contoh-contoh berikut ini:

– Kasus Pertama

Kasus pertama, ada dua orang siswa di kelas yaitu Dava dan Adit yang diharapkan mewakili sekolah untuk mengikuti lomba pidato Panahan, Siswa pertama direkomendasikan oleh separuh kelas karena dia adalah anak guru Panahan.

Meski nilai-nilai di sekolah tak cukup baik, namun siswa ini dianggap mampu mengikuti perlombaan dengan baik karena dia anak Pelatih panahan

Sementara siswa kedua Adit direkomendasikan oleh sebagian kelas lainnya karena telah terbukti memiliki prestasi panahan selama di sekolah jauh lebih baik dari siswa pertama. Siswa kedua juga sudah pernah mengikuti perlombaan-perlombaan panahan lain sebelumnya.

Pelatih Panahan di sekolah tersebut pada akhirnya memutuskan mengirim siswa kedua ke perlombaan karena melihat fakta bahwa prestasi siswa kedua jauh lebih baik dari siswa pertama. Bahkan meskipun siswa pertama adalah anak kandungnya sendiri.

Di sini kita bisa simpulkan bahwasanya guru tersebut memiliki pandangan yang objektif dan tidak mengikuti perasaan atau pengaruh pribadi.

– Kasus Kedua
Contoh kasus kedua, di sebuah pameran lukisan tergantung belasan karya pelukis ternama di dinding. Setiap lukisan memiliki keunikannya masing-masing.

Bagi seorang perempuan yang menatap sebuah lukisan naturalis bertema cinta di dinding ruang pameran, lukisan tersebut merupakan karya terbaik yang dipamerkan saat itu. Perempuan itu berpendapat demikian karena dia adalah pecinta lukisan naturalis, sementara sebagian besar lukisan yang dipamerkan bertema realis.

Di satu sisi, ada seorang pria yang berdiri terpaku menatap sebuah lukisan realis bertemakan tokoh penting di sebuah zaman. Bagi pria tersebut, lukisan itu yang terbaik karena menampilkan gambar yang sangat hidup dan terkesan nyata.

Pada kasus kedua, kita bisa melihat sebuah contoh mengenai pandangan subjektif. Tentang menilai sebuah karya seni, selera dan pengaruh pribadi sangat mendominasi. Kita tidak bisa memaksakan pandangan dan pendapat seseorang terhadap karya seni.

Dari 2 hal di atas, bisa disimpulkan bahwa baik pandangan objektif maupun subjektif sama-sama diperlukan. Namun tentu saja harus melihat konteks dan kebutuhan. Pada hal yang mempengaruhi hajat orang banyak, maka objektivitas diperlukan. Kita tidak bisa menyandarkan sebuah keputusan bersama yang diambil berdasarkan dari selera pribadi, atau hasil mereka-reka.

Dalam keputusan yang menyangkut kehidupan banyak orang, sebuah pendapat dan pandangan yang berdasarkan fakta dan data akan jauh lebih bisa diterima dengan memuaskan oleh banyak pihak, dibandingkan pendapat yang hanya berdasarkan selera atau asumsi pribadi.

Apakah Pandangan Objektif Berhubungan Dengan Rasa Keadilan?

Jika kini teman-teman telah memahami pengertian objektif adalah maka saatnya untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan objektif adalah biasanya dihubungkan dengan rasa keadilan. Orang yang bisa berpikir dan bersikap objektif adalah orang-orang yang memiliki nilai keadilan yang tinggi.

Sementara orang-orang yang sering memberikan penilaian secara subjektif adalah dianggap sebagai orang-orang yang kurang memiliki nilai keadilan, dan biasanya cenderung dikatakan sebagai sosok yang egois.

Meskipun begitu kita tidak bisa memaksakan sudut pandang orang terhadap sesuatu hal. Sudut pandang seseorang bisa jadi objektif dan subjektif adalah terbentuk karena pengalaman kehidupan dan juga tingkat kedewasaan. Oleh karenanya bukan hal yang bijak pula menghakimi orang hanya karena ia belum mampu bersikap objektif.

Seiring bertambahnya usia dan pengalaman, orang yang tadinya menilai sesuatu hanya berdasarkan asumsi dan selera bisa berkembang menjadi pribadi yang mampu memberikan penilaian objektif berdasarkan fakta dan juga data.

Semoga kita dimudahkan untuk bisa selalu memberikan penilaian yang objektif terhadap hal-hal yang berkembang di masyarakat sehingga nilai-nilai keadilan bisa lebih tumbuh dan berkembang.

 

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *