Berikut pembahasan tentang contoh cerita pendek tentang persahabatan lengap dan terbaru cocok buat kamu yang sedang mencari referensi cerpen persahabatan
Daftar Pembahasan
Contoh Cerpen Persahabatan 1
Sahabatku meninggal dipangkuanku
Rara Anggita namanya, biasanya dipanggil dengan sebutan Rara. Rara mempunyai sahabat terbaik dalam hidupnya bernama Nunuk. Mereka berdua berteman semenjak berumur tiga tahun karena rumah mereka berdekatan. Rara sebenarnya memiliki banyak teman seperti Risa, Tiara, Siti akan tetapi Nunuk lah yang paling mengerti dirinya Mereka sekarang beranjak remaja, Rara dan Nunuk merencanakan satu sekolah karena keinginannya semenjak dulu. Mereka sekarang satu sekolah di salah satu SMAN daerah Malang. Tidak terasa sudah tiga tahun bersekolah akhirnya hari ini mereka merayakan kelulusannya. Dengan rasa gembira dan terharu mereka tidak menyangka bahwa persahabatan mereka sudah sampai saat ini.
Ketika dirumah Nunuk,
“Nunuk gimana dengan cita-cita kamu? apakah jadi kita kuliah di Surabaya atau Malang?”
“Hmmm, aku masih bingung nih dimana ya enaknya, kamu jadi ambil jurusan apa sih emangnya?”
“Kalau aku psikologi, kalau kamu?” (jawab iza cukup keras)
“Kalau gitu aku sama deh kayak kamu biyar kita bisa bersatu terus” (sambil tertawa)
“Kamu nih Nuk terus saja ikutin aku”
“Biarin lah, kan aku sayang sama kamu aku pingin kita terus bersama-sama sampai sukses”
“Yaudah deh terus kita jadi kuliah dimana enaknya? (sambil melihat brosur ditanggannya)
“Eh Za, kita ke malang aja yuk biyar gak jauh jauh kita kan bisa pulang kerumahnya masing-masing”
“Okelah kalau gitu tidak apa-apa, yaudh besok kita daftar berdua kesana ya daftar”
“Oke Nuk besok ya”
“Siap boskuh” (sambil memeluk Iza)
Keesokan harinya mereka berdua pergi ke salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Mereka mendaftar satu jurusan yaitu psikologi. Mereka beruda merasa senang dan berdoa supaya semoga diterima dua-duanya. Satu minggu kemudian pengumuman untuk penerimaan perguruan tinggi jurusan psikologi sudah di upload dan ditempel di dinding kampus. Pagi buta jam 07.00 mereka berdua pergi bersama-sama untuk melihat pengumuman. Rasa tidak sabar terpancar di Nunuk.
“Iza coba lihat-lihat betul loh namaku sama kamu harus ada”
“Haduh kamu nih Nuk, baru aja lihat bentar tunggu dulu”
“Iya-ya, aku juga lihat ini”
“Nunuk Alhamdulillah ini namamu ada” (dengan rasa gembira)
“He mana-mana aku mau lihat” (sambil lari)
“Ini lihat sini Nunuk Eny Arufah kan namamu”
“Oh iya Alhamdulillah, namamu mana?”
“hmm aku belum menemukan Nuk ini”
“Bentar-bentr aku carikan ya Za, sabar”
15 menit kemudian mencari akhirnya nama Iza ada dan ditemukan oleh Nunuk
“Za, ini loh ad namamu”
“Alhamdulillah” (sambil berpelukan)
“Akhirnya Za kita bisa satu langkah lagi untuk suskes, ingat ya kita harus terus bersama-sama”
“Oke sayangkuh” (sambil mencium Nunuk)
Sesudah mereka melihat namanya sudah masuk perguruan tinggi, akhirnya mereka pulang dan tidur dirumahnya Nunuk. Keesokan harinya tiba-tiba Nunuk batuk-batuk dan mengeluarkan darah. Akhirnya Nunuk dibawah kerumah sakit dan Nunuk dinyatakan mengalami penyakit kanker yang sudah stadium 4 dan tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Sontak saja Iza menangis menjerit-jerit.
1 Minggu berjalan, Akhirnya Iza menjenguk Nunuk dirumah sakit. Nunuk meminta Iza memangku kepalanya karena permintaan terakhir Nunuk. Dan tidak lama lagi Nunuk menghembuskan nafas terakhir dipangkuan Iza, sontak saja Iza mnangis histeris karena perjuangan untuk kuliah bersama sampai disini saja dan tidak bisa bersama lagi untuk selama-lamanya.
Contoh Cerpen Persahabatan 2
Teman lamaku
Suatu ketika aku dan Ira berjalan di Taman Arek Lancor Pamekasan Madura. Tidak sengaja disana aku bertemu dengan sahabat lama yang sudah lama tidak bertemu. Ternyata dia sudah bertunangan dengan teman lamaku. Aku dan Ira sangat kaget ketika melihat mereka bergandengan tangan dan sudah terpasang cincin dijari manis tangan mereka. Sontak saja aku menyapanya.
“Hai Ayu, gimana kabarnya” (sambil memberikan tangannya)
“Loh Yeni, alhamdulillah aku baik-baik saja”
“Eh, siapa ini nih? suamimu apa pacaramu?
“Heheh, kenalin ini tunanganku yen”
“Oh iya Ayu, kok gak undang-undang sih. Eh-eh kayaknya aku kenal nih dia kan teman SD ku dulu”
“Maaf ya Yen aku tunangan juga gak rame-rame kok Cuma sederhana aja. Heheh iya yen dia teman SD kita dulu”
“Hoala iya Ayu tidak apa-apa, tapi kalau menikah jangan lupa undang aku ya”
“Siap-siap”
“Oh iya, habis ini kamu mau kemana?”
“Gak tau ya, kenapa emangnya?”
“Ayo kita makan bersama-sama udah lama kita tidak berkumpul lagi”
“Ayo silahkan”
Diperjalanan mereka berbincang-bincang mengenai masa-masa SD dulu ada Yeni, Ira, Ayu dan Roni. Mereka semuanya bersenang-senang tertawa-tawa mendengarkan cerita zaman dulu yang begitu konyol. Sesampai direstoran mereka tidak sabar untuk turun karena perut mereka sudah lapar semua.
“Ayo-ayo turun semua”
“Bentar Ron ini masih antri, kamu ini” (sambil memukul bahu Roni)
Sesampai dimeja retstauran
“Ayo, siapa nih yang mau pesan?”
“Ya semua lah”
“Heheh bercanda guys”
Sesudah memilih makanan, mereka menyantapnya dnegan lahap tanpa terseisa sedikitpun dipiring masing-masing.
“Alhamdulilah sudah kenyang ya Yu”
“Iya Yen, Alhamdulillah”
“Ayo kalau gitu kita pulang udah mendung nih” kata Ira
“Yasudah ayo kita pulang biyar gak hujan nanti dijalan”
“Kita pisah disini saja ya Yu aku sama Yeni naik taksi saja soalnya kita kan beda arah”
“Beneran nih gamau dianter?”
“Iya Yu Ron gak papa. Makasih ya Semuanya sampai ketemu lain waktu ya”
“Iya Yen Ira, hati-hati dijalan ya”
Akhirnya mereka berpisah dan pulang masing-masing.
Contoh Cerpen Persahabatan 3
3 Serangkai
Semasa kecilku aku mempunyai teman bernama Gita dan Sasa. Mereka berdua sudah kuanggap sebagai saudara sendiri. Hampir setiap hari selalu sama mereka, bahkan sekolahpun terus sama mereka dari mulai SD sampai ke perguruan tinggipun tetap sama mereka. Hingga kita bertingga dianggap oleh para tetangga tiga serangkai yang kemana mana selalu bersama. Suatu ketika sebelum masuk ke perguruan tinggi swasta di Malang Gita mengalami sakit demam hingga dirawat di rumah sakit aku dam Sasa langsung menjenguknya.
“Sasa, ayo buruan datang kerumahku kita pergi bersama-sama untuk menjenguk Gita” (dengan suara terburu-buru)
“Iya Ra, sebentar ya aku masih ganti baju nih”
“Yasudah aku tunggu 15 menit lagi ya, kalau gak dateng ku tinggal ntar”
“Heheh gak bakal beraani juga kamu niggal aku Ra, iya-iya sabar ya habis ini aku otw kok”
“Ok” (sambil menutup handphonenya)
15 menit kemudian
“Ayo Ra jalan”
“Hmmmm lama banget sampek makeup aku luntur nih” (sambil menghela napas)
“Hehehe maaaf ya, ayolah berangkat”
“ayo”
Sesampai tiba dirumah sakit mereka bingung mencari kamar dari Gita karena rumah sakit tersebut sangat besar dan luas. Tetapi Nora tidak hilang arah mereka berdua bertanya ke salah satu satpam
“Pak boleh anya gak? dimana ya kamar Melati no 02”
“Oh, itu lurus saja terus belok kiri nah disitu tempatnya mbak”
“Baik pak makasih”
“Iya sama-sama”
“Ayo Sa, buruan gak sabar aku melihat Gita” (sambil memegang tangan sasa)
Sesampai tiba dikamar mereka melihat Gita yang sedang terbaring diatas kasur berwarna putih dan di hidungnya terdapat pipa kecil untuk menhirup pernapasannya. Aku dan Sasa melihat dari jendela saja karena Gita rupanya masih tidur. Ku tunggu di depan kamarnya sambil duduk dan meminum air putih yang kubahwa dari rumah.
“Ra berapa lama lagi kita menunggu nih, hampir satu jam kita disini”
“Sudah lah Sa sabar dulu ntar juga Gita bangun sabar ya”
“Iya Ra kita tunggu aja deh sampai dia siuman”
2 jam kemudian
“Sa bangun Gita tuh udah siuman” (sambil menepuk pundak Sasa)
“Ha apa apa?”
“Gita udah bangun buruan kita lihat dia”
“Ayo-ayo”
Sesampai didalam kamar Gita
“Gita gimana keadaanmu sekarang”
“Hmmm Alhamdulillah udah baikan, nih mungkin 2 hari lagi aku udah pulang kerumah”
“Hmm cepet sembuh dong Git kan seminggu lagi kita udah masuk kuliah”
“Heheh iya Sasa tunggu aku ya sampai sembuh”
“Udah Git, kamu istrahat saja dulu jangan banyak bicara”
“Iya-iya istirahat mulu capek aku”
15 menit kemudian Aku dan Sasa pulang, karena Gita perlu istrahat lagi. Sesampai dirumah aku tidak henti-hentinya memikirkan dan mendoakan Gita supaya cepet sembuh dan kita bertiga lagi bisa kumpul. Tepat 2 hari kemudian, Gita akhirnya pulang kerumah dan keesokan harinya kita Aku, Gita dan Sasa pergi untuk masuk kuliah pertama kali.
Contoh Cerpen Persahabatan 4
Indahnya Persahabataku
Dwi adalah nama sahabatku dari duduk dibangku kuliah. Tapi aku mempunyai nama panggilan khusus yaitu Pelo. Kenapa aku panggil dia Pelo? Salah satunya yaitu karena dia orangnya unik dan semua orang jarang memamnggil sebutan itu. Sewaktu duduk dibangku kuliah aku hanya melihatnya saja belum mengenal lebih dekat. Tetapi kedekatan kita berawal dari tugas kelompok yang mempersatukan kita. Disitu dia kebingungan mencari sebuah koran, teman-teman deketnyapun tak ada yang membantu dia. Akhirnya aku yang berada dekat tempat duduknya tak sengaja mengajaknya berbicara.
“Kamu mau cari koran”
“Iya nih aku gatau dimana mencarinya” (sambil kebingungan)
“Yaudah aku antar boleh? aku tau kok tempatnya”
“Haa beneran nih kamu mau?”
“Iya gak papa kok”
“Makasih ya udah membantuku, yaudah nanti sepulang kuliah bareng aku aja ya kita sama-sama ketempat itu”
“Oke”
Sehabis kuliah sekitar jam 4 sore, aku dan Dwi langsung menuju ke tempat koran itu. Disana aku langsung menuju kesuatu tempat yang letaknya dipojok sendiri. Akhirnya aku dan Dwi menemukan apa yang Dwi cari. Setelah menemukan kita berdua langsung pulang karena hari sudah mulai malam.
Setahun, duatahu, dan tiga tahun kita semakin akrab bahkan kita menimbulkan benih-benih cinta antara satu sama lain. Tetapi kita berdua sama-sama malu untuk mengungkapkan perasaan yang telah terpedam selama ini. Keesokan harinya tepat tiga tahun perkenalan kita Dwi datang ke kosku untuk bercengkerama saja.
“Lo ayo ikut aku sebentar mau beli jaket nih”
“emangnya kemana?
“Yan anti kita lihat-lihat dulu enaknya kemana soalnya jaket aku udah jelek nih”
“Yasudah sebentar ya aku mau ganti baju dulu”
“Okeoke cepat ya”
Sesampai ganti baju kita pergi berdua untuk mencari jakte itu. Satu, dua dan tiga aku memilihkan jaket yang menurut aku suka. Dan dia memilih apa yang aku suka yaitu jaket berwarna hijau. Dia berganti ke kamar ganti baju dan aku dititipin tas dan handphonenya. Taka lama setelah Dwi masuk, tiba-tiba handphonenya berbunyi dan aku tak sengaja melihat bahwa yang mengirim pesan adalah pacarnya Dwi. Semenjak itu aku merasa bersalah sekali karena sudah menaruh harapan kepada Dwi. Sepulang dari toko itu haku hanya diam seribu bahasa.
“Lo kenapa sih kamu diam aja?”
“gak papa kok Lo”
“Hayooo jangan diam saja lah biasanya juga kamu gak gini”
“Gak papa aku pengen diam saja capek ngomong terus”
Dan sesampai dikosku rupanya Dwi sudah sadar bahwa aku membaca pesan singkat yang dikirimakn oleh pacarnya. Dia mencoba menjelaskan semuanya kepadaku dan dia juga mengungkapkan isi hatinya kepadaku. Aku juga mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini semenjak mengenal dia hari-hariku begitu berwarna karena hampir setiap hari selama kurang lebih 4 tahun aku selalu bersamanya bahkan susah maupun sedih. Tetapi disisi lain aku menghargai perasaan pacarnya walaupun Dwi sudah tidak mempunyai rasa tapi aku sebagai sama-sama seorang wanita merasakan ketika aku diposisinya. Dan aku berkata kepada Dwi
“Sebelumnya terimakasih kamu sudah sayang sama aku, sebenarnya aku juga sayang sama kamu, perasaan kita itu salah. Jika kita meneruskan pasti ada hati yang terluka”
“Tapi gimana lagi Lo aku sudah terlanjur sayang sama kamu”
“Sudah lah Lo kubur saja rasa yang pernah ada itu, aku gamau menyakiti siapapun aku juga gamau bahagia diatas penderitaan orang lain”
“Tapi Lo?” (sambil meneteskan air mata)
“Sudah lah Lo, kalau jodoh pasti akan dipertemukan sama Tuhan, biarlah kita menjadi sahabat saja. enang saja aku selalu berada disisimu untuk mendukungmu walalupun hanya menjadi sahabat”
“Makasih ya Lo, kamu adalah sahabat terindahku yang pernah aku temukan selama ini”
Setelah semuanya sudah jelas, kita menjadikan hubungan ini murni hanya sahabat. Sahabat yang indah dan tidak akan terlupakan untuk selama-lamanya.
Perpisahan Termanis
Namaku Rara, aku berumur 23 tahun. Aku masih duduk dibangku kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta di Malang. Aku mempunyai banyak teman cowok ataupun cewek. Tapi ada salah satu teman terbaikku yang selalu ada saat aku sedih maupun senang. Dia bernama Diki, yaah dia adalah salah satu teman sekelasku. Dia orangnya sangat baik kepadaku saat pertama kali kenal aku sangat merasa malu karena rupaku buruk sekali karena banyak jerawat muncul dimukaku. Tapi dia satu-satunya cowok yang mau mengajak ngobrol aku. Orangnya ya baik sih Cuma agak cerewet kayak mulut cewek banget gak suka diem orangnya lincah dan hobinya bernyanyi dangdut. Sewaktu aku duduk sendiri dia tiba-tiba menghampiriku dan berkata
“Hai namamu siapa?” Ujar diki dengan nada lembut
“Namaku Hera” sambil berpaling muka
“Oh Hera, rumahmu dimana?”
“Sidoarjo, kamu sendiri?”
“Aku malang aja kok, Oh iya aku kita makan ke kantin sama sama”
“Hmmm tapi emang gapapa ta aku ikut?” (sambil menatap matanya)
“Iya tidak apa-apa lah, ayok”
Tanpa berpikir panjang aku mengikuti ajakan Diki untuk makan ke kantin bersama-sama. Disana aku diajak ngobrol terus sampai lupa waktu itu sudah menunjukkan pukul 2 sore dan aku belum salat.
“Dik, udah jam 2 nih aku salat dulu ya, kamu juga kan?”
“Oh iya, ayolah kita salat tapi diluar aja ya jangan dikampus”
“Yaudah lah terserah kamu yang penting kita salat”
Sesampai di mushollah, aku menunaikan ibadah salat berjamaah dengannya. Hari demi hari aku lalui bersamanya. Hidupku terasa berwana, karena dia selalu datang ke kosku hanya untuk bercengkrama saja. Tidak hanya itu dia kadang-kadang membawa masakannya sendiri khusus untuk aku, begitupun sebaliknya.
Tepat 4 tahun kemudia, kita sudah memasuki masa-masa wisuda dan itu tandanya hubungan kita berakhir sampai disini. Perasaanku anatara bahagia dan sedih bercampur aduk. Bahagianya aku bisa lulus dan sedihnya aku berpisah dengan dia. Tepat sebelum aku pulang ke kota kelahiranku aku pergi bersama dia untuk bertemu dan perpisah. Yang aku ingat dia mengatakan sesuatu yang membuatku meneteskan air mata.
“Ra, besok kamu udah pulang nih, kita gak bakal bisa kayak gini lagi jalan-jalan bareng, nangis bareng, tertawa bareng, gembel bareng apapun itu sudah pernah kita lalui bersama-sama” (sambil menatapku)
“Hmmm iya Dik, gak kerasa kita sudah 4 tahun bersama susah senang sudah kita llaui bersama” sambil menundukkan kepala
“Aku berpesan ya, kamu jangan lupain aku, walaupun jarak kita jauh jangan sampai putus komunikasi apalagi silaturahmi. Jika seandainya ada waktu mainlah kerumahku pintu rumahku terbuka lebar khusus untukmu. Aku selalu berdoa jika Allah membuka jalan dan merestui hubungan kita, kita bakal bersatu kembali dan dipertemukan walaupun kalau gak di dunia kita bisa bertemu diakhirat kelak” smabil meneteskan air mata
”Kamu kok ngomongnya gitu Dik, aku pasti akan main-main ke malang lagi kok kalau ada waktu dan itu pasti. Kamu juga jangan lupain aku ya Dik aku selalu mengingat namamu didalam hatiku apalagi kebaikanmu selama ini kepadaku aku tidak bisa melupakannya” (ikut menangis juga)
Jam menunjukkan pukul 9 malam, Diki segera bergegas untuk pulang. Dan dia bermaitan kepadaku sebelumnya dia memberikan hadiah yang berupa foto kenangan kita berdua.Disitu aku merasa sedih banget dan terharu tidak menyangka dia memberikanku seperti itu dan itu dibuat dengan tangannya sendiri khusus untuk diriku. Perpisahan dengan dirinya merupakan perpisahan yang termanis dan terindah dalam hidupku. Semoga hubungan kita berjalan dengan baik dan untuk selama-lamanya.